KOTA TANGERANG, LENSABANTEN. CO. ID–Banyak yang mengira hamil anggur adalah kehamilan biasa karena gejalanya mirip dengan kehamilan normal, seperti mual, muntah, dan perut yang membesar.Namun, hamil anggur sebenarnya adalah kelainan kehamilan yang terjadi akibat pertumbuhan abnormal jaringan plasenta tanpa perkembangan janin yang sehat.
Dokter Spesialis Kandungan RS Sari Asih Karawaci, dr Agus Hermawan, Sp.OG, menerangkan jika kondisi tersebut disebut juga mola hidatidosa, di mana jaringan trofoblas berkembang secara tidak normal, membentuk gelembung-gelembung berisi cairan yang menyerupai anggur. Oleh karena itu, meskipun tes kehamilan bisa menunjukkan hasil positif tapi tetap tidak ada janin yang berkembang dengan normal.
Jika dibiarkan, hamil anggur bisa menyebabkan komplikasi serius, termasuk risiko berkembang menjadi koriokarsinoma, sejenis kanker ganas yang berasal dari jaringan plasenta.
Menurut dr Agus Hermawan, Sp.OG, hamil anggur, terjadi akibat kelainan dalam proses pembuahan, yang menyebabkan pertumbuhan jaringan trofoblastik berlebihan tanpa perkembangan janin yang sehat.
Hamil anggur dapat dibagi menjadi dua jenis, yaitu mola parsial dan mola komplit. Pada mola komplit, tidak ada janin yang berkembang sama sekali, sedangkan pada mola parsial, terdapat jaringan janin yang tidak sempurna.
Penyebab hamil anggur dikarenakan kelainan genetik saat pembuahan, yang sering kali terjadi karena adanya kelebihan kromosom dari sperma atau kegagalan sel telur dalam memberikan kontribusi genetik yang cukup. Beberapa faktor yang meningkatkan risiko hamil anggur ini meliputi:
• Ibu berusia di bawah 20 tahun atau 40 tahun ke atas
• Riwayat hamil anggur sebelumnya
• Defisiensi asam folat dan karoten
• Pernikahan sedarah yang meningkatkan risiko kelainan genetik
Gejala hamil anggur memang sering menyerupai kehamilan normal pada awalnya, tetapi seiring waktu, tanda-tanda berikut dapat muncul:
• Perdarahan dari vagina yang tidak normal, sering kali berwarna cokelat atau merah terang
• Mual dan muntah berlebihan yang lebih parah dari kehamilan biasa
• Rahim yang membesar lebih cepat dari usia kehamilan seharusnya
• Tidak adanya detak jantung janin saat pemeriksaan USG
• Tekanan darah tinggi dan preeklampsia pada awal kehamilan
• Kista berisi cairan keluar melalui vagina
Maka dari itu, sangat penting untuk melakukan pemeriksaan USG sejak dini guna memastikan kehamilan berjalan normal dan mendeteksi kemungkinan adanya hamil anggur, terutama pada trimester kehamilan pertama. Diagnosis USG dan tes darah dilakukan untuk mendeteksi kadar hormon hCG yang sangat tinggi.
“Pengobatan utama hamil anggur adalah melakukan kuretase atau dilatasi dan kuretase (D&C) untuk mengangkat jaringan abnormal dari dalam rahim. Dan dalam kasus tertentu, jika terdapat komplikasi atau risiko tinggi, histerektomi (pengangkatan rahim) dapat menjadi pilihan,” ujar dr Agus Hermawan, Sp.OG.
Pemantauan kadar hCG secara berkala diperlukan untuk memastikan tidak ada sisa jaringan mola yang berkembang menjadi penyakit trofoblastik gestasional yang lebih serius, seperti koriokarsinoma. Biasanya ibu yang pernah mengalami hamil anggur disarankan untuk menunda kehamilannya setidaknya enam bulan hingga satu tahun guna memastikan rahim kembali dalam kondisi normal.
Meskipun hamil anggur tidak selalu dapat dicegah, namun risiko ini dapat dikurangi dengan konsumsi makanan bergizi, termasuk asam folat yang cukup, serta rutin melakukan pemeriksaan kehamilan (USG) sejak dini.
“Jangan ragu untuk berkonsultasi dengan dokter kandungan jika mengalami gejala mencurigakan, untuk mendapatkan diagnosis dan perawatan yang tepat. Kerena dengan deteksi dini dan penanganan yang cepat, hamil anggur dapat ditangani dengan baik tanpa menimbulkan komplikasi serius di masa depan,” saran dr Agus Hermawan, Sp.OG.